Rabu, 25 Februari 2009

sinetron remaja

Mencermati perkembangan siaran televisi dalam beberapa tahun terakhir ini, makin terasa bahwa regulasi bidang siaran televisi dan pelaksanaannya tidak cukup mampu menghasilkan isi siaran yang sopan, bermartabat, dan menghibur secara sehat serta aman bagi anak dan remaja. Saat ini, telah ada 11 stasiun televisi yang bersiaran secara nasional. Siaran ini dapat ditangkap oleh sekitar 40 juta rumah tangga yang memiliki televisi di Indonesia. Bila satu rumah tangga beranggotakan 5 orang, artinya penonton TV di Indonesia mencapai kurang lebih 200 juta jiwa.
Bila diasumsikan bahwa setiap stasiun TV bersiaran selama 20 jam sehari, maka pada saat ini setiap hari ditayangkan sekitar 220 jam acara TV yang berasal dari luar maupun produksi lokal. Dalam setahun, diperoleh angka kurang lebih 80.000 jam! Sinetron menjadi jenis tayangan yang paling menonjol dan paling tinggi frekuensinya penayangannya dibandingkan jenis acara televisi lainnya.
Sinetron dengan segmen remaja memang menjadi sasaran utama karena potensi jumlah penontonnya yang sangat besar, tidak saja dari mereka yang berumur 12-18 tahun, tetapi juga ditonton oleh anak-anak dan orang tua. Namun sayangnya hampir tidak ada penelitian dan pemantauan yang dilakukan secara intensif dan berkesinambungan terhadap materi tayangan sinetron remaja. Padahal keluhan akan tayangan sinetron telah sering dilontarkan dalam berbagai diskusi publik, artikel surat kabar/majalah, dan surat pembaca surat kabar. Isi sinetron yang terkait dengan kekerasan, seks, mistis, dan moral menjadi keluhan yang utama.
Untuk itu, berbagai lembaga yang peduli akan isi tayangan televisi, baik LSM ataupun perguruan tinggi yang memiliki jurusan Ilmu Komunikasi merencanakan untuk melakukan penelitian bersama dengan judul 'Potret Sinetron Remaja Indonesia'. Penelitian ini dimaksudkan sebagai bentuk tanggung jawab moral dan sosial perguruan tinggi terhadap masyarakat Indonesia.
Wajah Sinetron Remaja Indonesia
Sebenernya gw bukan orang yang sering nonton acara TV, tapi gw jadi pengen kasih komentar tentang sinetron remaja yang lumayan mengusik rasa kritis gw. Gw ngerasa tokoh yang ada di dalam sinetron2 remaja itu bukanlah seorang remaja, lebih terkesan tokoh dewasa yang dibuat kekanak-kanakan, dan para pemainnya adalah anak2 yang dipaksa untuk dewasa. Gw ga melihat keceriaan khas remaja atau minimal suasana sekolah yang khas seperti yang gw alami sejak SD ampe SMU.

Tema sinetron remaja kita saat ini ga jauh2 dari soal cewe2 yang ngerebutin cowo atau sebaliknya, persaingan untuk menjadi orang beken di sekolah, pamer kekayaan ortu ke sekolah, seragam sekolah yang superketat+mini, takhayul, kehidupan yang glamour, cerita yang ga mungkin terjadi di dunia nyata, dan peran orang tuanya ga jauh2 dari soal rebutan harta. Mungkin cerita2 itu memang ada dalam kenyataan, tapi persentasenya berapa banyak sih? Kenapa mereka para pemilik production house, sutradara, dsb tidak berusaha menggali hal2 positif di dunia remaja dan menampilkannya dalam sinetron yang dikemas dengan cerita yang menarik tapi sisi edukasinya tetap ditonjolkan. Gw jarang melihat kesetiakawanan yang tulus, hormat kepada guru, tawa-canda ceria khas anak SD/SMP/SMU, semangat untuk merancang masa depannya, serunya kegiatan ekskul, serunya persaingan ranking kelas, serunya class meeting, atau menyentuhnya kisah perjuangan anak dari desa yang ingin tetap sekolah di kota.

Yang paling gw khawatirkan cuma 1, gw khawatir adik2 kita yang masih sekolah menganggap cerita dan tokoh2 di sinetron adalah sesuatu yang baik untuk ditiru, menganggap wajar dan memang seperti itulah dunia sekolah. Gw takut kalo sinetron bukan menggambarkan kehidupan remaja, tapi sinetronlah yang malah membentuk karakter remaja kita...kalo membentuknya ke arah positif sih, gw pasti dukung 110%, tapi kenyataannya....ga begitu kan...???

Tidak ada komentar:

Posting Komentar